Beza Antara Pengijazahan dan Pengisian Suatu Amalan
Didalam ilmu batin/hikmah sangat penting untuk diketahui apa perbedaan antara pengijazahan dan pengisian dalam suatu keilmuan. Kami yakin siapapun Anda yang telah mengenal ilmu kebatinan pasti pernah mendengar atau mungkin membaca di artikel, di koran, website atau iklan klenik tentang kata-kata pengijazahan akbar hizib, pengijazahan asmak, pengisian ilmu doa istimewa, pengisian ilmu mahabah dan pengijazahan atau pengisian ilmu metafisika lainnya, namun tahukah anda bahwa definisi dan arti pengijazahan dan atau pengisian keilmuan metafisika baik itu hizib, asmak, mantra dan lainnya memiliki arti yang berbeda.
Pada artikel kali ini akan menjelaskan perbedaan antara “pengisian” dan “pengijazahan”
pada suatu keilmuan sesuai apa yang kami pahami, dan artikel ini hanya
sebatas pengetahuan saja agar Anda yang akan memperdalam ilmu batin
faham arti perbedaan antara dua kata tersebut.
Pengijazahan Suatu Amalan
Dalam dunia
metafisika atau dunia kebatinan sering Anda dengar kata pengijazahan
bukan?, dan apa Anda tahu maksud dari kata ijazah? Dan untuk apa ijazah
dilakukan? dan kami disini akan menjelaskan sedikit arti ijazah itu
sendiri yaitu bisa dibilang wewenang atau hak, sama seperti halnya
ketika Anda sekolah demi mendapat ijazah atau hak atas status Anda
sebagai murid sekolah atau perguruan tinggi tertentu.
Dan maksud
pengijazahan dalam dunia kebatinan tak lain adalah diberikannya wewenang
kepada Anda atas amalan seseorang entah itu Ulama’, Syekh, Kyai,
Paranormal, Bomoh alias Dukun, Ustad atau lainnya, artinya pemilik
amalan tertentu seperti Hizib, Asmak, dll telah memberikan izin kepada
pihak Anda untuk mengamalkan amalan yang dia miliki untuk diamalkan.
Jadi bisa dibilang
pengijazahan hanya sebatas pemberian hak untuk di amalkannya suatu
disiplin ilmu tanpa adanya pengisian atau transfer energi, dan syarat
untuk mengijazahkan suatu keilmuan pengijazah ilmu harus sudah pernah
mengamalkan ilmu yang di ijazahkan walaupun hanya 1x saja seumur hidup.Jika pemberi/orang
yang mengijazahi belum pernah mengamalkan amalan yang di ijazahkan sama
sekali itu tidak lagi disebut pengijazahan tetapi sebatas pemberian
informasi, logikanya sebagaoi contoh bagaimana seorang guru menyarankan
muridnya untuk belajar suatu keilmuan tetapi gurunya sendiri belum
pernah memahami atau bahkan menguasai keilmuan tersebut, resikonya apa
dan bagaimana, kesalahan otomatis guru tidak bisa menjawabnya karena dia
sendiri belum tahu plus minus dari ilmu tersebut.
Pengisian Suatu Amalan
Dilihat dari kalimatnya “pengisian suatu keilmuan”
nampaknya tak ubah seperti mengisi air dalam gelas atau mengisi suatu
benda kedalam wadah kok bisa bisa ilmu di isikan? Berati ia hebat bisa
mengisi keilmuan?, yang dimaksudkan disini ialah Pengisian suatu
keilmuan Hizib, Asmak, dll pada dasarnya yang di isikan adalah energi
mentahnya bisa dibilang khadamnya jadi bukan di isikan utuh keilmuannya.
Tidaklah seperti pengisian suatu keilmuan matematika langsung
dimasukkan tanpa belajar, kalau mengisi keilmuan seperti ini bisa mana
mungkin ada orang bodoh semua pasti pintar.
Dan maksud
sejelasnya yaitu, pengisian suatu keilmuan Hizib, Asmak, dll pada
dasarnya yang di isikan adalah energi mentahnya bisa dibilang khadamnya
jadi bukan di isikan utuh keilmuannya.
Seperti yang
pernah Anda dengar mengenai kata mie instan, makanan instan dan segala
instan-instan yang lainnya, apakah dengan kata dan definisi “makanan
instan” maka makanan tersebut langsung siap di makan? seperti mie
instan. Apa mungkin dalam Anda beli langsung bisa dimakan, tanpa diolah?
tentu tidak meskipun makanan tersebut sudah siap saji alias instan
tetapi tetap harus harus Anda olah sesuai petunjuk dari merk produk
tersebut bukan?
Begitu juga dengan
pengisian keilmuan metafisika, walaupun energi amalan, wirid atau do’a
dimasukkan tentunya harus di kelola terlebih dahulu agar ilmu yang di
isikan bisa dirasakan tuah maupun manfaatnya, lantas bagaimana
mengelolanya? tentunya yang bisa menjawab adalah masing masing pengisi
keilmuan.
Pengisian keilmuan
ini bisa menjadi aktif bisa juga menjadi pasif, aktif dengan kata lain
energi yang diisikan bisa digunakan kapanpun ketika kita
menginginkannya, dan pasif artinya kekuatan yang diisikan hanya akan
keluar ketika dalam keadaan tertentu semisal dalam keadaan terjepit
bahaya, kepepet, terpojok dan lain sebagainya.
Itulah sekilas penjabaran serta perbedaan antara “pengijazahan dan pengisian” yang sering diiklankan oleh paranormal, jadi agar tidak salah tafsir pengijazahan
yaitu diberikannya hak kepada anda agar didalam mengamalkan keilmuan
mereka, dan mereka pemilik keilmuan tidak mengisikan energi keilmuan
tersebut kepada Anda, pengisian yaitu kita di isikan
energi dari amalan atau do’a tertentu agar kita memiliki kemampuan dari
kekuatan ilmu tersebut, umumnya pengisian disertai pengijazahan yaitu
Anda di beri energi kekuatan amalan dan diberikan hak untuk mengamalkan
amalan tersebut agar energi yang diisikan semakin kuat, tetapi ada juga
yang pengisian tanpa disertai pengijazahan yaitu hanya diisi energi
(seperti kebal) tetapi tidak diberi amalannya, jadi cuman diberi
energinya saja.
Lalu manakah yang
terbaik antara, pangijazahan, pengisian biasa atau pengisian yang
disertai pengijazahan? tergantung kondisi, semua bisa mengatakan
pengijazahan terbaik, pengisian terbaik atau bahkan pengisian dengan
pengijazahan yang terbaik, namun bagi kami pengisian dan pengiijazahan
itu yang terbaik, karena disamping Anda sudah memperoleh energi amalan
suatun ilmu maka anda tinggal meneruskan dengan disiplin dan aturan ilmu
tersebut seperti membaca atau mewiridkan amalan misalnya: kalaupun
harus dilakukan tirakat dalam suatu keilmuan tertentu maka pengisian
yang disertai pengijazahan akan lebih cepat berhasil daripada
pengijazahan biasa.
apadiaaa nihhh
BalasPadam